Minggu, 24 April 2011

Laporan Seksualitas Ikan Lele


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Lele, secara ilmiah, terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia).

Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka), (Jepang) dan (Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air.

Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.



Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.

Lele adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer. Produksi budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir, antara lain karena luasnya pasar bagi lele. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat.

1.2 Tujuan
a.       Untuk mengenal jenis kelamin ikan
b.      Untuk mengenal warna testis / ovary pada ikan
c.       Untuk mengetahui bentuk testis / ovary pada ikan
d.      Untuk mengetahui ciri seksual sekunder dan primer pada ikan




           




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yang dikatakan ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma,sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Sifat seksual primer pada ikan tandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina.

Seksual dichromatisme adalah suatu cara untuk membedakan suatu individu ikan merupakan ikan jantan atau betina berdasarkan warna yang dimiliki tubuh dan organ pelengkap lainnya, pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina. Sedangkan seksual dimorphisme adalah suatu cara untuk membedakan suatu ikan jantan atau betina berdasarkan morphometrik yang dimiliki seperti ukuran tubuh atau bentuk sirip punggung.

Beberapa jenis ikan juga memiliki dua alat kelamin pada tubuhnya yang sering disebut dengan ikan hermafrodit. Ikan hermafrodit dibagi menjadi tiga bagian yaitu hermafrodit sinkroni, hermafrodit protandri, dan hermafrodit protogini. Hermafrodit sinkroni yaitu apabila di dalam gonad individu terdapat sel sex betina dan sel sex jantan yang dapat masak bersama-sama, misalnya pada ikan famili Serranidae. Hermafrodit protandri yaitu ikan yang dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina, misalnya pada ikan Kakap (Lates calcarifer).
Sedangkan ikan hermafrodit protogini yaitu ikan yang dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase betina ke fase jantan, misalnya pada ikan belut sawah (Monopterus albus). Selain hermafroditisme, pada ikan juga terdapat Gonokhorisme, yaitu kondisi seksual berganda dimana pada ikan bertahap juvenile gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan dan betinanya. Gonad tersebut akan berkembang sebagian menjadi ovarium dan sebagian lagi menjadi testes tapi tidak terjadi masa diferensiasi atau intersex yang spontan. Misalnya pada ikan Anguila anguila dan Salmo gairdneri irideus adalah gonokhoris yang tidak berdeferensiasi. Faktor yang mempengaruhi komponen reproduksi atau kematangan gonad diantaranya umur dan fisiologi induk ikan itu sendiri.

Secara umum spesies ikan dari ukuran ,maksimum terkecil dan mempunyai siklus hidup yang pendek, mencapai kematangan gonad pada usia lebih muda dari pada spesies ikan maksimum besar. Pada proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad, gonad semakin bertambah berat diimbangi dengan bertambah ukurannya. Perkembangan gonad ikan secara garis besar dibagi atas dua tahap perkembangan utama yaitu pertumbuhan gonad sehingga ikan mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk seksual/gamet.

Klasifikasi Ikam Lele :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias batrachus.
           
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

            Pratikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, pada tanggal 28 Februari 2011, Pukul 15.30 s/d selesai.

3.2 Alat dan Bahan

            Adapun alat yang digunakan untuk pratikum pengenalan jenis ikan dan identifikasi yaitu baki (warna biru), gunting bedah, tisu gulung, kain lap / serbet, alat tulis dan penggaris.
            Adapun bahan yang digunakan untuk pratikum pengenalan jenis ikan dan identifikasi yaitu spesies ikan Lele yang masih hidup (segar),

3.3 Metode

1.    Letakan ikan lele di baki
2.    Kemudian hitung data morphometrik seperti panjang total (TL), panjang baku ( SL), panjang fork ( FL), panjang kepala ( HdL), lebar/tinggi badan ( BdH)
3.    Lalu bedah ke dua ikan tersebut untuk melihat apakah ikan tersebut jantan atau betina
4.    Kemudian hitunglah ke dua ikan tersebut dengan menggunakan data merphometrik
5.    Setelah selesai menghitung data merphometrik, lalu amatilah ciri seksual sekunder dan primernya  
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
            Adapun hasil yang di dapat dalam data marphometrik :
Ikan I :
a.       Panjang total (TL)                                             : 24 cm
b.      Panjang baku (SL)                                            : 21 cm
c.       Panjang fork (FL)                                             :   -  cm
d.      Panjang kepala (HdL)                                       :  4  cm
e.       Tinggi badan (BdH)                                          :   3 cm
Ikan II :
a.    Panjang total (TL)                                             : 25 cm
b.    Panjang baku (SL)                                            : 22 cm
c.    Panjang fork (FL)                                             :  -  cm
d.    Panjang kepala (HdL)                                       :  5  cm
e.    Tinggi badan (BdH)                                          :  4  cm
Adapun ciri seksual sekunder dimorphisme yaitu :
Ikan I :
a.       Ukuran tubuh                                                    :  Lebih kecil
b.      Bentuk tengkuk pada kepala                             : sama
c.       Halus kasarnya permukaan kepala                     : Lebih halus
d.      Bentuk ujung sirip punggung                              : sama
e.       Bentuk abdominal                                             : Lebih kecil
f.        Bentuk papilla genital                                         : oval (bulat daun)
g.       Jumlah papilla genital                                         : satu
h.       Bentuk salah satu jari sirip anal              : -
i.         Bentuk salah satu jari sirip perut sebelah kiri       : sama
Ikan II :
a.         Ukuran tubuh                                                    : Lebih besar
b.        Bentuk tengkuk pada kepala                             : sama
c.         Halus kasarnya permukaan kepala                     : Lebih kasar
d.         Bentuk ujung sirip punggung                              : sama
e.         Bentuk abdominal                                             : Lebih lebar
f.          Bentuk papilla genital                                        : oval (bulat daun)
g.         Jumlah papilla genital                                         : dua
h.         Bentuk salah satu jari sirip anal              : -
i.           Bentuk salah satu jari sirip perut sebelah kiri      : sama
Adapun cirri seksual sekunder dichromatisme yaitu :
Ikan I :
a.         Warna pada badan                                           : Lebih gelap di bawah linea
  lateralis
b.        Warna pada sirip punggung dan ekor                 : sama
c.         Garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh      : sama
d.        Warna noktah pada batang ekor                       : Tidak ada
e.         Warna pada dasar sirip dada dan perut : sama


Ikan II :
a.         Warna pada badan                                           : Lebih cerah di bagian  
  bawah
  line lateralis
b.        Warna pada sirip punggung dan ekor                 : sama
c.         Garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh      : sama
d.         Warna noktah pada batang ekor                       : Tidak ada
e.         Warna pada dasar sirip dada dan perut : sama

4.2 Pembahasan
Tengah badannya mempunyai potongan membulat, dengan kepala pipih kebawah (depressed), sedangkan bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed), jadi pada lele ditemukan tiga bentuk potongan melintang ( pipih kebawah, bulat dan pipih kesamping). Kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang. Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang. Disinilah terdapat alat pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat. Mulut berada diujung moncong (terminal), dengan dihiasi 4 pasang sungut. Lubang hidung yang depan merupakan tabung pendek berada dibelakang bibir atas, lubang hidung sebelah belakang merupakan celah yang kurang lebih bundar berada di belakang sungut nasal. Mata berbentuk kecil dengan tepi orbitalyang bebas.


Sirip ekor membulat, tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip perut berbentuk membulat dan panjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada dilengkapi sepasang duri tajam / patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm. Patil ini beracun terutama pada ikan ikan remaja, sedangkan padaikan yang tua sudah agak berkurang racunya.

Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua buah lubang penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang maksimum mencapai 400 mm. Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Aborescen organ yang merupakan membran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak didalam ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada kolam banyak terdapat eceng gondok ikan ini tidak berdaya.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Ciri-ciri induk lele jantan:
- Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
- Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
- Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
- Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng(depress).
- Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
- Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
2. Ciri-ciri induk lele betina
- Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
- Warna kulit dada agak terang.
- Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
- Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
- Perutnya lebih gembung dan lunak.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).


5.2 Saran
Lele adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer. Produksi budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir, antara lain karena luasnya pasar bagi lele. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat. Oleh karena harus terus dilakukan pengembangan penelitian agar spesies ikan ini tetap terjaga walaupun terus dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA


http://id.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 02 Maret 2011
http://insidewinme.blogspot.com. Diakses pada tanggal 02 Maret 2011
http://www.fpik.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 02 Maret 2011
http://www.scribd.com. Diakses pada 02 Maret 2011



 
 



                                                                                                             -













 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar